Wednesday, May 30, 2007

anak bodoh...

Dan kamu, anak bodoh, melangkah menjauh dari kehidupan, kosong kamu menatap horison yang terbentang di hadapanmu. Hela nafas semakin memburu, tercekik oleh hasratmu, kamu diam termenung menggapai bayangan fana yang terus mengambang mengelilingi sukmamu. Sanubari tercekat mendengar gelak tawa realita yang membahana di sekujur tubuhmu, memantulkan sebuah nama yang terus kamu bisikkan di setiap dinding benakmu.

Hasrat adalah harapan, kamu terus meyakini dirimu dengan tetap berlari melintasi setiap batasan ruang dan waktu, menuju sebuah tempat yang kamu lukis dalam mimpimu. Berhentilah sejenak, anak bodoh. Demi sekuntum mawar kamu merelakan setiap venamu dipenuhi duri tajam. Darah menetes di ujung kelopakmu, menutupi pengelihatanmu dengan tirai merah pekat.

Apa yang kamu cari, anak bodoh? Sadarkah kamu kehidupanmu adalah fatamorgana yang menyesatkan? Apa yang kamu akan lakukan ketika perih sudah lekat merekat di jiwamu? Jantungmu berdegup keras bak genderang perang tertabuh di bawah bendera putih, menanti mati yang kamu harapkan semenjak kamu lahir.

Batin merana, merintih perlahan, lelah berteriak tanpa digubris akalmu. Kamu bertahan didera tiupan angin yang kamu tiup sendiri, goyah di tengah sengatan kerikil yang kamu lempar sendiri. Kamu tahu tangismu sudah mengering di bawah terik mataharinya.

Dan kamu, anak bodoh, tetap terus melangkah ke sana...

Labels:

Sunday, May 06, 2007

dan...

“Tambah minumnya, Pak?”

Pria itu menghentikan pembicaraannya dan melirik ke cangkir kopinya yang mulai kosong. Tenggorokannya mulai terasa kering.

“Saya mau ice lemon tea aja, boleh?”

Si pelayan menggangguk sopan. Pria itu melirik ke wanita berbaju merah di hadapannya.

“Terus gimana?” tanya si wanita.

Pria itu tersenyum. Dia mengambil sebatang rokok kretek dan menyalakannya. Mulutnya tersenyum kecil namun matanya tidak bisa menyembunyikan capai yang dia sedang alami. Perlahan dia menghembuskan asap rokoknya.

“Ya begitulah. Aku jatuh cinta dengannya. Sudah lama aku gak ngerasa hal kaya gini lagi. Mungkin sudah bertahun-tahun aku merasa kosong dan tiba-tiba aku merasa dia mengisi semua lubang yang ada di aku.” Dia menunggu reaksi si wanita yang terlihat serius mendengarkan. Wanita itu menggangguk perlahan.

“Aku tahu aku cinta dirinya sewaktu aku terbangun dan melihat dirinya memandangku.” lanjutnya.

“Dimana?” tanya si wanita.

Pria itu menghela nafas. “Aku tertidur di sebuah tempat dan dia membangunkanku. Lembut. Tapi aku langsung terbangun dan,” pria itu terdiam sejenak, “aku tenggelam di matanya.”

Wanita itu tertawa kecil dan meminum kopinya. Si pria juga ikut terbahak dan melihat sekelilingnya. Beberapa pengunjung melihat dia dengan pandangan bertanya tapi tak ada seorang pun yang merasa terganggu. Bagaimanapun juga ini tempat umum. Namun seorang anak kecil menatap pria itu dengan pandangan aneh, sampai ibunya menariknya kembali ke meja mereka.

“Emang kamu sukanya apa?” wanita itu kembali bertanya.

“Maksud kamu apa yang aku suka dari dia?” tanya si pria. Wanita itu mengangguk kecil.

“Begitu banyak hal yang bisa aku sebutkan. Aku suka cara dia berbicara tentang hidup, dia begitu teguh dengan prinsipnya. Aku suka cara dia mengingatkan orang, agak nyelekit tapi selalu tepat. Aku suka melihat dia senyum kecilnya, mendengar gelak tawanya, merasakan pandangannya, kadang hangat, kadang getir bahkan marah.”

Wanita di depannya tersenyum simpul sambil mendengarkan.

Pria itu melanjutkan ceritanya, “Aku juga suka cara dia memijat keningnya; menggunakan tiga jari dengan kelingking yang selalu naik. Aku selalu ingat aroma tubuhnya, yang kadang bisa mendatangi ingatanku tiba-tiba.

Pria itu termenung sejenak, “Tapi bukan hal-hal itu yang membuatku jatuh cinta kepadanya. Aku bahkan tidak tahu apa sebabnya.”

Dia terdiam sementara si wanita memandangnya dengan bertanya, “Masa sih?”

“Yah, aku tahu aku cinta dia, tapi aku tidak akan pernah bisa menjelaskan kenapa. Mungkin ada sesuatu yang lebih primal yang tiba-tiba bangun di dalam diriku. Sok romantis, kalau kata orang, tapi memang itu yang aku rasakan. Aku tahu kalau memang dia yang aku cinta. Dan kadang, itulah alasan yang terbaik.”

Pria itu menyalakan sebatang rokok dan menatap kosong ke jendela. Dengan suara yang tercekat dia berkata, “Tapi kadang ada hal-hal yang menghalangi semua ini. Sebuah kisah cinta yang akan selamanya terbungkam di balik halaman kosong sebuah buku tua.”

Dia menunduk dan menghisap rokoknya dalam-dalam, “Tuhan pernah memberikan aku kesempatan untuk mencicipi cinta sejati, meskipun aku tidak akan, atau mungkin belum bisa mendapatkannya sekarang.”

Pria itu mengepalkan tangannya dan bergumam kecil, “Alhamdullillah…”

“Maaf, Pak, ini ice lemon tea-nya.” Si pelayan tiba-tiba muncul dan menaruh gelas di depan pria itu. “Mungkin ada lagi, Pak?”

Pria itu menggeleng kecil.

Si pelayan beranjak menghampiri meja di seberang pria itu dan menaruh sepiring kue di hadapan seorang wanita berbaju merah.

"Terima kasih, Mas," ujar si wanita, "Eh, babe, aku makan dulu ya, ketemu nanti malam?"

Wanita itu menutup telepon genggamnya dan melirik pria yang sedari tadi bergumam sendiri.
eXTReMe Tracker